Falsafah Bima dalam Novel dan Nggusu Waru: Diskusi Ringan dalam Sastra

Diskusi ringan dan berkala diadakan oleh seorang dosen Bahasa Indonesia di salah satu universitas swasta di Kebumen, Muchlas Abror bersama rekan peneliti dari Balai Bahasa Yogyakarta, Zamzuri Ahmad beserta dosen Sastra Indonesia, Fakultas Psikologi dan Humaniora, Universitas Teknologi Sumbawa, Rahmin Meilani Putri. Kegiatan yang dinamakan Glenikan tersebut mengangkat tema Bima dalam Tinta dan Nggusu Waru. Kegiatan yang diadakan pada siaran langsung melalui akun instagram pembicara, Sabtu, 11/3/2023.

Diskusi tersebut membahas salah satu falsafah hidup masyarakat Bima, Nggusu Waru yang kemudian dikorelasikan dengan sebuah novel yang berjudul Nggsusu Waru yang Tersisa karya N Marewo. Salah satu poin yang menarik dalam konsep Nggusu Waru adalah dou ma mbeca wombo (orang yang kolong rumahnya selalu basah). Konsep tersebut dapat pula diartikan sebagai orang kaya. “Namun, kaya yang dimaksud di sini adalah bukan orang yang memiliki harta yang berlimpah tetapi lebih dimaknai dengan konsep “cukup”, cukup untuk makan tiga kali sehari, misalnya,” jelas Rahmin Meilani Putri sebagai salah satu narasumber dalam diskusi tersebut.

Tujuan dari diskusi yang rutin dilakukan setiap dua pekan tersebut semata-mata untuk menyegarkan pikiran sehingga isu dan konsep yang diusung pun hal-hal yang cukup ringan untuk dikaji. Selain itu, karena pelaksana adalah orang yang berkecimpung dalam bidang ilmu sastra, diskusi yang digeluti pun kerap merujuk pada karya-karya sastra yang ada.

Kegiatan serupa Glenikan ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi akademisi khususnya di lingkungan kampus untuk lebih giat membangun ruang-ruang diskusi dan komunikasi terbuka. Obrolan-obrolan santai yang dihadirkan dapat mendekatkan hubungan antar mahasiswa maupun dosen. (RMP)